Responsive Banner design

Puisi "Pergi Saja"

 Pergi Saja

Sudah cukup pergilah saja
Ku ikhlaskan kau dengannya
Asal kau bahagia disana
Saat bersama dirinya

Jangan muncul lagi dihadapanku
Sebab ku tak ingin mengenangmu
Karena disaat itu
Ku kan membenci dirimu

Cerpen "Kecerobohan Menjadi Sial"


Kecerobohan Menjadi Sial

Pagi itu aku terburu-buru berangkat sekolah, lantaran sudah kesiangan. Dengan cepat aku menaiki sepeda berangkat ke sekolah, jarak rumah dan sekolahku tidak terlalu jauh jadinya aku memilih menaiki sepeda ketimbang membawa motor yang menambah polusi, pikirku. Walaupun aku belum sarapan yang terpenting bagiku saat ini adalah sampai di sekolah sebelum gerbang di tutup.
            Untung saja aku tidak terlambat. “Coba saja kemarin aku tidak bergadang pasti tidak akan terburu-buru seperti ini”, kataku dalam hati.
Bel sekolah pun berbunyi, pertanda pelajaran dimulai. Semua siswa kelas VI.A yang tadinya ribut kini menjadi diam karena Bu Dewi masuk kelas untuk mengajar.
            “Ayu, lihat tugas IPA mu dong!” Nina teman dudukku meminta melihat tugas yang diberikan Bu Dewi minggu lalu.
“Tunggu, aku ambil dulu.” aku pun mencari-cari kedalam tasku. Setelah beberapa lama mencari tugas itu tak kunjung aku temukan.
“Mana tugasmu?” Nina tak sabar karena lama menunggu.
“Lo kok nggak ada ya?” aku pun bingung.
“Kamu sudah buat kan?” tanya Nina yang ikut bingung.
“Iya, aku sudah buat kemarin, aduh gimana ni?” jawabku dengan perasaan panik.
 “Anak-anak keluarkan tugas yang Ibu beri minggu lalu.” kata Bu Dewi. Aku pun semakin panik,
“Coba cari-cari lagi siapa tau nyelip di bukumu, atau mungkin ada di mapmu.” Nina berusaha menenangkanku. Aku kembali mencari ternyata tidak ada juga.
            Aku berusaha mengingat dimana aku meletakkan tugasku. “Kemarin aku membuat tugas itu, lalu aku menaruhnya di….” aku masih belum ingat.
Semua siswa mengumpulkan tugas itu diatas meja guru. Aku terus berusaha mengingatnya.
Tiba-tiba aku teringat sinetron kemarin “Oiya, tugasnya ku letakkan diatas kasur, gara-gara sudah mulai sinetronnya jadi aku cepat-cepat menonton dan lupa menaruh di tas.”
“Yaampun Ayu, setelah kamu menonton sinetron itu kamu tidak ingat menaruh tugas di tas?”
“Aku sama sekali tidak ingat, soalnya aku udah capek banget terus tidur, dan bangun-bangun udah siang makanya aku buru-buru.”
“Kamu itu ceroboh banget.” Nina menjadi kesal.
“Gimana dong sekarang?” jawabku yang semakin panik.
“Ya terpaksa kamu harus bilang ke Bu Dewi.” sahut Nina yang tak bisa memberi jalan keluar lain.
“Hmm oke.” jawabku yang harus bertanggung jawab. Dengan perasaan takut ku menuju bangku guru.
 Aku pun berkata jujur kepada Bu Dewi tapi Bu Dewi tidak mau mendengar alasanku. Bu Dewi terkenal sebagai guru yang galak dan banyak ditakuti siswa.
“Sebagai hukuman untukmu Ayu, buat tugas hal 12-14 dikumpul sebentar pas jam istirahat.”
“iya bu.” jawab aku pasrah.
Pulang sekolah, aku beristirahat di kamarku yang merupakan ruangan favorit di rumah ini. Aku memilih beristirahat sebelum mengikuti les. Rencananya Nina yang akan menjemputku. Jam menunjuk angka 14.35, aku menunggu Nina sambil menonton acara TV kesayanganku. Tepat jam 14.40 Nina menjemputku.
Dengan rambut yang berantakan Nina nyengir ke arahku. “Jam berapa ni? Kita terlambat?” tanya Nina.
“Oh tidak, masih ada waktu 20 menit lagi sebelum les dimulai.” jawabku
“Syukurlah.” sahut Nina.
“Kamu kenapa berantakan gitu kelihatannya?” tanyaku sambil naik ke atas motor.
“Tidak kok, ku kira tadi kita terlambat, jadi aku ngebut deh.” jawab Nina lalu menghidupkan motornya.
Les pun dimulai jam 15.00  dan berakhir pukul 16.30. Karena kehausan aku dan Nina memutuskan untuk membeli minum di warung Cermat sambil nongkrong dan mengobrol. Tiba-tiba hand phoneku berbunyi, ternyata telpon dari Mama.
Mama minta dibelikan es gula yang kebetulan aku sedang ada di warung Cermat. Setelah membeli pesanan Mama aku kembali duduk dan mengobrol. Tak terasa mataharipun mulai terbenam, nampaknya warung Cermat akan tutup juga, walaupun masih banyak anak muda yang nongkrong disana. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang.
Sesampainya aku di rumah aku merasakan melupakan sesuatu.
“Mana es pesanan Mama?” tanya Mama kepadaku.
“Yatuhan ketinggalan, uangku juga ketinggalan disana.” aku baru sadar
“Ayu Ayu, padahal Mama sudah menunggu dari tadi, sudahlah biarkan saja.”
 Aku sangat menyesal dengan perbuatan cerobohku. Walaupun Mama tidak memarahiku, tetapi aku masih tidak ikhlas dengan uang yang ada di kantong kresek es itu yang tertinggal di meja warung Cermat padahal uang itu untuk membeli jam baru.
“Ini yang terakhir kalinya.” gumamku.

Powered by Blogger.